Beautifull Snow

Beautifull Snow
Q ingin merajut salju...i wish...

Sabtu, 29 Mei 2010

Tulisan Argumentasi

Oleh : Liana Yusoli Ibadiyah

HAKIKAT TULISAN ARGUMENTASI

a. Tulisan Argumentasi

Gorys Keraf (1985:3) menyebutkan bahwa melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Ditambahkan oleh Atar Semi (1990:47) bahwa argumentasi pada akhirnya mempunyai tujuan untuk meyakinkan dan membujuk pembaca tentang pendapat yang diungkapkan oleh penulis.

Di sisi lain, Jos Daniel Parera (1993:6) menyebutkan bahwa argumentasi termasuk dalam bentuk karangan eksposisi yang khusus. Melalui karangan argumentasi pengarang berusaha untuk menyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang diungkapkan. Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan disertai dengan fakta-fakta. Biasanya pengarang menggunakan argumentasinya dengan metode deduktif dan induktif. Pengarang dapat mengajukan argumentasinya berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat ke sebab, sebab ke akibat, dan pola deduktif. Jika pengarang sudah dapat mempergunakan lima pola tersebut maka ia akan merasakan efektivitas menulis argumentasi.

Menurut Ezra M. Choesin (2004:49) argumentasi merupakan inti dari bagian terbanyak penulian ilmiah yang telah ada. Dalam sebuah tulisan ilmiah penulis berusaha menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala, konsep atau teori tentunya dengan tujuan bahwa ia dapat meyakinkan pembacanya akan kebenaran pendapatnya. Oleh karena itu seorang penulis harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan sebuah argumen. Ia perlu tahu jenis-jenis pernyataan yang diajukan dan cara merangkaikan semua dengan benar. Sebuah argumen dapat disampaikan dalam beberapa kalimat, beberapa alinea atau sepanjang satu buku.

Di samping itu, Lakhsmi (2008:1) mengemukakan pendapatnya bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang ditulis untuk bertujuan meyakinkan pembaca untuk menyetujui fakta, norma, alasan, dalih, dan kesimpulan dari suatu pandangan. Tulisan argumentasi yang bagus akan menyatakan posisinya dengan jelas, diikuti oleh argumen-argumennya yang jernih dan runtut, serta ditutup dengan deduksi yang tidak melenceng dari topik debat. Tulisan argumentasi tidak seharusnya dianggap sebagai tulisan yang melecehkan atau menghakimi suatu pandangan, melainkan seharusnya dianggap sebagai tulisan yang memperjelas dan mendukung kekayaan spektrum cara berpikir.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dadot (2009:1) bahwa Paragraf argumentatif menjelaskan suatu peristiwa dengan berbagai alasan dan fakta yang kuat. Perlu diketahui bahwa dalam menulis paragraf argumentatif Anda perlu mengetahui hal-hal berikut ini. Pertama, paragraf argumentatif menjelaskan dengan fakta dan data yang mendukung. Kedua, menentukan topik yang akan ditulis. Ketiga, penulis paragraf argumentatif yang menggambarkan keadaan alam. Keempat, menyunting tulisan. Apabila keempat langkah tadi dilakukan tentunya akan menghasilkan paragraf argumentatif yang menarik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Bentuk wacana lain yang dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian tetapi pembuktian dalam keempat wacana lain (eksposisi, persuasi, deskripsi dan narasi) sangat berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi. Dapat diuraikan secara singkat, bahwa tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, pandangan dan perasaan seseorang dengan memberikan pembuktian.

Banyak tulisan argumentasi yang memiliki kelemahan karena mengandung kesalahan yang bersifat informal. Ini adalah kesalahan yang tidak terkait pada struktur logis sebuah argumen yang dapat jelas terlihat salah atau benar tetapi pada hal-hal yang hanya dapat dikira-kira. Apabila kita berbicara tentang kesalahan informal, seringkali kita temukan bahwa penilaian orang dapat berbeda-beda. Serangkaian kalimat yang dianggap tidak tepat oleh satu orang mungkin saja dianggap benar oleh orang lain (Ezra M. Choesin, 2004: 58).

Paragraf argumentatif dapat dikembangkan dengan pola penalaran sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Dalam penggunaannya, penalaran sebab akibat dapat disajikan menjadi akibat sebab. Artinya, menyampaikan terlebih dahulu akibatnya, kemudian dicari sebab-sebabnya. Agar lebih mudah, Anda dapat menulis paragraf argumentatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Kumpulkan data dan fakta.

2. Tentukan sikap atau posisi Anda.

3. Nyatakanlah pada bagian awal atau pengantar tentang sikap Anda..

4. Kembangkan penalaran Anda dengan urutan dan kaitan yang jelas.

5. Uji argumen Anda dengan jalan mencoba mengandaikan diri Anda berada pada posisi kontras.

6. Hindarilah menggunakan istilah yang terlalu umum atau istilah yang dapat menimbulkan prasangka atau melemahkan argumentasi Anda.

7. Penulis harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan (Atar Semi, 1990:7).

Lebih lengkap diungkapkan oleh Lakhsmi (2008:2) tentang cara dan teknik menulis argumentasi. Pertama, tentu saja penulis harus dapat menentukan topik apa yang hendak diargumentasikan. Katakan dengan jelas apakah penulis menyetujuinya atau tidak menyetujuinya. Kedua, kumpulkan data, opini, ide, kilah, fakta, maupun tangkisan tentang pendapat tersebut. Letakkan yang paling penting atau paling istimewa di alinea paling atas, lalu buatlah koneksi antara satu pernyataan dengan pernyataan berikutnya. Pikirkan juga opini yang berseberangan dari pendapat penulis, lalu yakinkan bahwa opini tersebut tidak benar, tidak baik, bahkan tidak penting.

Terakhir, tutup dengan kesimpulan yang mengingatkan pembaca lagi tentang poin-poin penting yang penulis berhasil gabungkan, dan jangan lupa letakan kata-kata yang sangat kuat yang mengguncangkan pembaca untuk dapat mengingatnya.

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah pertama, pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui serba sedikit mengenai objek yang akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup subjek tadi, maka penulis atau pembicara dapat memperdalam masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperoleh.

Kedua, pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Ketiga, pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat. Keempat, pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu. Kelima, dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud penulis yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.

Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi hendaknya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Topik yang akan digunakan dalam menulis argumentasi haruslah mengandung kebenaran. Oleh karena itu, argumen penulis harus didasarkan fakta sehingga kesimpulan pengarang dapat diterima oleh pembaca.

(2) Hindari istilah yang dapat menimbulkan prasangka, misalnya merumuskan proposisi dalam bentuk pertanyaan. Hal tersebut dapat meragukan argumen penulis.

(3) Pergunakan istilah-istilah yang tepat agar tidak terjadi perbedaan pendapat. Yaitu dengan membatasi pengertian istilah yang dipergunakan itu agar tidak terjadi perbedaan pengertian.

(4) Langkah terpenting yaitu menetapkan titik ketidaksepakatan dari argumen (Gorys Keraf, 1985:103-104).

b. Komposisi Tulisan Argumentasi

Gorys Keraf (1985:104-107) mengemukakan bahwa sebelum pengarang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan suatu latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seseorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap objek atau persoalan. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah menjadi tulisan argumentasi dengan komposisi sebagai berikut.

(1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian penting dalam sebuah tulisan. Penulis argumentasi harus berusaha menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Hal itu dikemukakan di bagian pendahuluan.

Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi berikut. Pertama, penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.

Kedua, penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekedar menimbulkan keingintahuan, bukan menguraikan persoalannya.

Ketiga, dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi. Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatu sistem yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar.

(2) Tubuh Argumen

Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang disimpulkannya juga benar.

Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi para pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran tertentu : kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalam proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis dan sebagainya dengan benar. Sebab itu, kebenaran harus dianalisa, disusun dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusunan fakta, evidensi dan jalan pikiran yang logis.

(3) Kesimpulan dan Ringkasan

Bagian kesimpulan berisi tentang konklusi yang tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dibaca. Pengarang tidak perlu mengemukakan topik mana yang dibahas dalam argumentasi.



Daftar Pusataka

Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.

Dadot. 2009. ”Menyusun Paragraf Argumentatif”. Dalam http://24bit.wordpress. com/2009/09/09/menyusun-paragraf-argumentatif/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.

Ezra M. Choesin. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya - Menyusun Struktur Argumen. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Gorys Keraf. 1985. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta : PT Gramedia.

Jos Daniel Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta : Erlangga.

Lakhsmi. 2008. ”Bengkel Menulis : Mengoposisi Serangan Argumentasi”. Dalam http://sepocikopi.com/2008/10/24/bengkel-menulis-mengoposisi-dalam-serangan-argumentasi/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar