Beautifull Snow

Beautifull Snow
Q ingin merajut salju...i wish...

Sabtu, 29 Mei 2010

Tulisan Argumentasi

Oleh : Liana Yusoli Ibadiyah

HAKIKAT TULISAN ARGUMENTASI

a. Tulisan Argumentasi

Gorys Keraf (1985:3) menyebutkan bahwa melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Ditambahkan oleh Atar Semi (1990:47) bahwa argumentasi pada akhirnya mempunyai tujuan untuk meyakinkan dan membujuk pembaca tentang pendapat yang diungkapkan oleh penulis.

Di sisi lain, Jos Daniel Parera (1993:6) menyebutkan bahwa argumentasi termasuk dalam bentuk karangan eksposisi yang khusus. Melalui karangan argumentasi pengarang berusaha untuk menyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang diungkapkan. Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan disertai dengan fakta-fakta. Biasanya pengarang menggunakan argumentasinya dengan metode deduktif dan induktif. Pengarang dapat mengajukan argumentasinya berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat ke sebab, sebab ke akibat, dan pola deduktif. Jika pengarang sudah dapat mempergunakan lima pola tersebut maka ia akan merasakan efektivitas menulis argumentasi.

Menurut Ezra M. Choesin (2004:49) argumentasi merupakan inti dari bagian terbanyak penulian ilmiah yang telah ada. Dalam sebuah tulisan ilmiah penulis berusaha menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala, konsep atau teori tentunya dengan tujuan bahwa ia dapat meyakinkan pembacanya akan kebenaran pendapatnya. Oleh karena itu seorang penulis harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan sebuah argumen. Ia perlu tahu jenis-jenis pernyataan yang diajukan dan cara merangkaikan semua dengan benar. Sebuah argumen dapat disampaikan dalam beberapa kalimat, beberapa alinea atau sepanjang satu buku.

Di samping itu, Lakhsmi (2008:1) mengemukakan pendapatnya bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang ditulis untuk bertujuan meyakinkan pembaca untuk menyetujui fakta, norma, alasan, dalih, dan kesimpulan dari suatu pandangan. Tulisan argumentasi yang bagus akan menyatakan posisinya dengan jelas, diikuti oleh argumen-argumennya yang jernih dan runtut, serta ditutup dengan deduksi yang tidak melenceng dari topik debat. Tulisan argumentasi tidak seharusnya dianggap sebagai tulisan yang melecehkan atau menghakimi suatu pandangan, melainkan seharusnya dianggap sebagai tulisan yang memperjelas dan mendukung kekayaan spektrum cara berpikir.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dadot (2009:1) bahwa Paragraf argumentatif menjelaskan suatu peristiwa dengan berbagai alasan dan fakta yang kuat. Perlu diketahui bahwa dalam menulis paragraf argumentatif Anda perlu mengetahui hal-hal berikut ini. Pertama, paragraf argumentatif menjelaskan dengan fakta dan data yang mendukung. Kedua, menentukan topik yang akan ditulis. Ketiga, penulis paragraf argumentatif yang menggambarkan keadaan alam. Keempat, menyunting tulisan. Apabila keempat langkah tadi dilakukan tentunya akan menghasilkan paragraf argumentatif yang menarik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Bentuk wacana lain yang dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian tetapi pembuktian dalam keempat wacana lain (eksposisi, persuasi, deskripsi dan narasi) sangat berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi. Dapat diuraikan secara singkat, bahwa tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, pandangan dan perasaan seseorang dengan memberikan pembuktian.

Banyak tulisan argumentasi yang memiliki kelemahan karena mengandung kesalahan yang bersifat informal. Ini adalah kesalahan yang tidak terkait pada struktur logis sebuah argumen yang dapat jelas terlihat salah atau benar tetapi pada hal-hal yang hanya dapat dikira-kira. Apabila kita berbicara tentang kesalahan informal, seringkali kita temukan bahwa penilaian orang dapat berbeda-beda. Serangkaian kalimat yang dianggap tidak tepat oleh satu orang mungkin saja dianggap benar oleh orang lain (Ezra M. Choesin, 2004: 58).

Paragraf argumentatif dapat dikembangkan dengan pola penalaran sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Dalam penggunaannya, penalaran sebab akibat dapat disajikan menjadi akibat sebab. Artinya, menyampaikan terlebih dahulu akibatnya, kemudian dicari sebab-sebabnya. Agar lebih mudah, Anda dapat menulis paragraf argumentatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Kumpulkan data dan fakta.

2. Tentukan sikap atau posisi Anda.

3. Nyatakanlah pada bagian awal atau pengantar tentang sikap Anda..

4. Kembangkan penalaran Anda dengan urutan dan kaitan yang jelas.

5. Uji argumen Anda dengan jalan mencoba mengandaikan diri Anda berada pada posisi kontras.

6. Hindarilah menggunakan istilah yang terlalu umum atau istilah yang dapat menimbulkan prasangka atau melemahkan argumentasi Anda.

7. Penulis harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan (Atar Semi, 1990:7).

Lebih lengkap diungkapkan oleh Lakhsmi (2008:2) tentang cara dan teknik menulis argumentasi. Pertama, tentu saja penulis harus dapat menentukan topik apa yang hendak diargumentasikan. Katakan dengan jelas apakah penulis menyetujuinya atau tidak menyetujuinya. Kedua, kumpulkan data, opini, ide, kilah, fakta, maupun tangkisan tentang pendapat tersebut. Letakkan yang paling penting atau paling istimewa di alinea paling atas, lalu buatlah koneksi antara satu pernyataan dengan pernyataan berikutnya. Pikirkan juga opini yang berseberangan dari pendapat penulis, lalu yakinkan bahwa opini tersebut tidak benar, tidak baik, bahkan tidak penting.

Terakhir, tutup dengan kesimpulan yang mengingatkan pembaca lagi tentang poin-poin penting yang penulis berhasil gabungkan, dan jangan lupa letakan kata-kata yang sangat kuat yang mengguncangkan pembaca untuk dapat mengingatnya.

Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah pertama, pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui serba sedikit mengenai objek yang akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup subjek tadi, maka penulis atau pembicara dapat memperdalam masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperoleh.

Kedua, pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Ketiga, pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat. Keempat, pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu. Kelima, dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud penulis yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.

Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi hendaknya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Topik yang akan digunakan dalam menulis argumentasi haruslah mengandung kebenaran. Oleh karena itu, argumen penulis harus didasarkan fakta sehingga kesimpulan pengarang dapat diterima oleh pembaca.

(2) Hindari istilah yang dapat menimbulkan prasangka, misalnya merumuskan proposisi dalam bentuk pertanyaan. Hal tersebut dapat meragukan argumen penulis.

(3) Pergunakan istilah-istilah yang tepat agar tidak terjadi perbedaan pendapat. Yaitu dengan membatasi pengertian istilah yang dipergunakan itu agar tidak terjadi perbedaan pengertian.

(4) Langkah terpenting yaitu menetapkan titik ketidaksepakatan dari argumen (Gorys Keraf, 1985:103-104).

b. Komposisi Tulisan Argumentasi

Gorys Keraf (1985:104-107) mengemukakan bahwa sebelum pengarang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan suatu latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seseorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap objek atau persoalan. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah menjadi tulisan argumentasi dengan komposisi sebagai berikut.

(1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian penting dalam sebuah tulisan. Penulis argumentasi harus berusaha menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Hal itu dikemukakan di bagian pendahuluan.

Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi berikut. Pertama, penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.

Kedua, penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekedar menimbulkan keingintahuan, bukan menguraikan persoalannya.

Ketiga, dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi. Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatu sistem yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar.

(2) Tubuh Argumen

Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang disimpulkannya juga benar.

Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi para pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran tertentu : kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalam proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis dan sebagainya dengan benar. Sebab itu, kebenaran harus dianalisa, disusun dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusunan fakta, evidensi dan jalan pikiran yang logis.

(3) Kesimpulan dan Ringkasan

Bagian kesimpulan berisi tentang konklusi yang tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dibaca. Pengarang tidak perlu mengemukakan topik mana yang dibahas dalam argumentasi.



Daftar Pusataka

Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.

Dadot. 2009. ”Menyusun Paragraf Argumentatif”. Dalam http://24bit.wordpress. com/2009/09/09/menyusun-paragraf-argumentatif/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.

Ezra M. Choesin. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya - Menyusun Struktur Argumen. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Gorys Keraf. 1985. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta : PT Gramedia.

Jos Daniel Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta : Erlangga.

Lakhsmi. 2008. ”Bengkel Menulis : Mengoposisi Serangan Argumentasi”. Dalam http://sepocikopi.com/2008/10/24/bengkel-menulis-mengoposisi-dalam-serangan-argumentasi/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.



KIDUNG KEBEKUAN

KIDUNG KEBEKUAN

( Kisah Nyata dari Seorang Sahabat )

OLEH : LIANA YUSOLI IBADIYAH

Malam ini bintang tiada yang indah, kebanyakan redup tak bercahaya. Bulan hanya terlihat separuh saja, tak menarik hatiku. Terlihat kedip-kedip lampu dari langit di ujung Utara, mungkin pesawat dari negara besar, aku tak peduli. Langit agak pucat rupanya. Lama aku mengamati langit, mengharap sesuatu muncul di sana. Aku tak yakin yang kutunggu akan datang. Namun aku akan tetap sabar menunggu. Tetap menunggu bintang jatuh dan mengucap suatu permohonan agar nasibku berubah. Sekian waktu kutunggu yang ada tetap kebekuan, keheningan, aku kedinginan oleh angin malam yang semilir lembut.

Sampai akhirnya aku kecewa, kuputuskan untuk kembali ke rumah kecilku. Sebuah tempat tinggal yang sederhana di kota Purwodadi.

”Besok aku akan kembali ke bukit ini”, pikirku.

Saat kubuka pintu dan memasuki ruang tamu, kulihat ibu tertidur di sofa. Aku tak berani membangunkannya, ia terlihat letih setelah seharian bekerja. Hingga kubiarkan saja ibuku tertidur di situ. Rona mukanya tampak kusut tak seperti biasanya.

Aku mulai beranjak, kumasuki kamarku yang remang, sengaja tak kunyalakan lampu. Kuhempaskan tubuhku ke tempat tidur begitu saja. Masih terbayang bisik-bisik yang kudengar dari orang-orang tadi siang.

”Hah...percuma ya ditutup jilbab kayak gitu. Tidak bisa menutupi kejelekannya. Sama saja dengan ibunya. Dasar pembuat aib keluarga, anak tidak jelas asalnya”.

Pedih hatiku mendengar cehan orang-orang itu. Mereka meragukan niatku memakai jilbab. Kenapa mereka selalu memandang sinis ke arahku. Ingin rasanya kumaki mereka. Tapi aku tak bisa, karena mereka benar. Aku anak tak jelas asalnya, tak punya ayah yang sah. Tapi aku tak bisa menyalahkan ibu. Dan aku teringat kata-kata seseorang yang tak kukenal, aku sengaja mengupingnya.

”Tetap saja Yuni yang salah. Laki-laki tak bisa disalahkan. Pasti Yuni sudah menggodanya. Kalau ia tidak genit begitu, tidak mungkin laki-laki itu tergoda, dia kan tidak cantik dan tidak seksi sama sekali”.

Tiba-tiba aku menangis mendengar celotehan yang menjelek-jelekkan ibuku seperti itu. Aku kecewa mereka tak menyebutkan ”laki-laki” itu siapa. Dalam hatiku aku ingin tahu ”laki-laki” itu, dialah ayahku, laki-laki yang telah menelantarkan kami.

Aku tetap tak bisa terlelap. Berkali-kali aku mencoba memejamkan mataku, sia-sia saja. Akankah kutanyakan lagi pada ibu? Siapa ayahku yang sesungguhnya? Tak tega rasanya menyakiti hati ibu. Ia selalu menjawab pertanyaanku dengan tangisan.

”Maafkan ibu Nak...semua sudah takdir. Jangan kau tanyakan lagi. Ibu mohon kepadamu”.

Itulah jawaban ibu yang disertai tangisan yang meledak. Setelah itu biasanya ibu tak mau makan berhari-hari. Sampai aku memohon agar ibu mau makan.

Tapi malam ini pertanyaan itu semakin membuncah di dadaku. Benarkah ibuku yang salah? Lalu apa salahnya? Walaupun kebekuan yang tetap menemaniku, walau aku sendiri, air mata ini sudah tak bisa mengalir lagi, sudah terlalu kering dan habis.

”Uhuk-uhuk...”

Lamunanku tersadar ketika kudengar ibu terbatuk. Perlahan aku mendekatinya.

”Ibu tidak apa-apa?” tanyaku cemas meihat iu mutah darah.

”Kamu sudah pulang Nay...” ia balik bertanya mencoba menutupi penyakitnya.

”Ibu tidak apa-apa Nay. Kembalilah tidur, hari sudah larut malam”, jawabnya parau. Aku tak menjawab sepatah katapun.

Dan aku kebigungan setengah mati, ibuku pingsan. Spontan ku telepon taksi, kubawa ibu kerumah sakit.

”Ibu sebenarnya sakit apa?” itulah yang menggelayut dipikiranku.

”Ibu sakit apa Dok?”, tanyaku cemas.

”Adik ini.....?”

”Saya Naysa Dok, putrinya”.

”Ibu Anda terkena kanker ganas. Sudah terlalu kritis. Sudah tak ada harapan untuk sembuh. Ia harus opname di sini”. Dokter menjelaskan dengan suara pelan, namun terasa menggelegar di telingaku.

Pelan-pelan kudekati ibuku. Kulihat air mata bening mengalir di pipinya. Aku mengusapkan tanganku ke pipi ibu, orang yang sangat kucintai. Tak ada kata-kata terucap dari mulut kami. Perlahan pintu terbuka, kulihat empat orang memasuki ruangan. Ternyata adalah Nenek, Paman, Bibi dan Afza sepupuku.

”Bagaimana keadanmu Yun?” tanya nenek dengan cemas.

”Aku baik-baik saja Bu”, jawab ibu menyembunyikan sesuatu.

Tiba-tiba paman angkat suara. Langsung ke pokok permasalahan, tanpa basa-basi, tanpa ragu lagi.

” Yun maafkan aku, kau seperti ini pasti gara-gara aku. Sekarang aku akan menceritakan semuanya pada kalian yang ada di sini”.

”Tidak...jangan...” teriak ibu histeris.

”Harus kujelaskan semua kepada mereka Yun....kau telah menderita selama ini, semua gara-gara aku. Aku yang salah, akulah yang seharusnya menderita. Bukan kau”, sahut paman dengan tegas.

Semua terdiam, seperti menunggu sebuah kejutan besar.

”Naysa........” paman menyebut namaku. Aku menoleh ke arahnya, lalu ke arah ibu. Ia tak melanjutkan kata-katanya. Kulihat ibu semakin menangis.

”Kamu adalah anakku” ia meneruskan bicaranya dengan suara pelan.

Bibi tercengang, menangis dan keluar ruangan. Ia merasa shock suaminya selingkuh dengan saudaranya sendiri. Nenek dan Afza juga menangis. Tapi paman tak mengeluarkan setetes air matapun. Ia seperti sudah siap dengan segala resikonya.

Paman mengikuti istrinya keluar ruangan. Kubuntuti keduanya tanpa sepengetahuan mereka. Sengaja aku menguping pembicaraan mereka.

”Ma....semuanya tidak seperti yang engkau pikirkan. Semuanya begitu cepat terjadi”, paman mencoba menjelaskan pada bibi. Bibi tak bergeming, ia tetap menangis, meronta. Lalu paman melanjutkan bicaranya lagi.

”Saat mama bekerja di Brunai, Yuni selalu mengantarkan makanan ke rumah”.

”Aku yang memintanya”, kata bibi memotong pembicaraan. Aku masih menguping.

”Dengar dulu penjelasanku Ma. Awalnya memang tak terjadi apa-apa. Suatu hari ia tidur di kamar Afza, pintunya tak terbuka. Kulihat Afza sedang tak dirumah. Aku tergoda dan.......”.

”Sudahlah Pa...biarkan mama sendiri”.

Paman menghampiriku dan mengusap rambutku.

”Maafkan aku Nay...semua salahku. Kini kau boleh memanggil aku ”Ayah”. Bukan salah ibumu saat itu. Aku yang memaksanya. Maafkan aku telah menelantarkan kalian”.

”Tidak...kau hanya laki-laki tak punya hati. Hanya memikirkan diri sendiri. Perampas kebebasan ibuku. Kau bukan ayahku”, kataku sambil lari kearah ibu dan mencoba memeluknya.

Paman menangis di luar ruangan.

Tiba-tiba ibu kejang. Kuminta Afza memanggil dokter. Tak lama ibu terdiam....wajahnya pucat tetapi sedikit menyungingkan senyuman.

”Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” kata dokter perlahan.

Mendengar hal itu, aku merasa dunia akan runtuh. Semua tinggal kebekuan di hatiku, hanya luka di hatiku.

” Ibu...jangan tinggalkan Naysa Bu. Naysa sendiri tanpa ibu....”

Nenek merengkuhku, mencoba menenangkanku. Bibi kembali masuk ruangan dan menangis. Tapi paman tak berani masuk ruangan, ia terisak di luar sana dan aku tak peduli.

Perlahan sekujur tubuh ibu tertutup tanah, aku tak dapat melihatnya lagi, untuk selamanya. Teriring do’a dalam hatiku, kupanjatkan dengan sepenuh hatiku.

”Nay...mulai sekarang kamu tinggallah bersama kami. Kamu, ayah, bibi sekaligus ibu barumu, nenek dan Afza telah mau menerima semua kenyataan ini. Semuanya sudah memaafkanku dan ibumu. Kamu tidak seharusnya menderita Nay...ikutah bersama kami” kata paman padaku setelah semuanya kembali tenang.

Aku hanya mengangguk. Dalam keluarga baru ini aku mulai membangun kepercayaan diriku yang sempat hilang. Aku mencoba menyayangi ayah dan ibuku yang sekarang. Aku ingin memulai hidup bahagia tanpa dicaci maki orang.

Sebulan telah berlalu, semuanya baik-baik saja, saat aku besekolah tiba-tiba handphoneku berdering.

“Assalamu’alaikum. Halo…Ibu ada apa?” tanyaku kaget.

”Nay....cepat kamu kesini Nay...Rumah Sakit Mandiri Sehat”, jawab ibu singkat.

”Ada apa Bu?”.

”Tut...Tut...Tut”

Telpon dimatikan. Dalam hatiku bertanya-tanya ada apa sebenarnya? Siapa yang sakit? Sesampainya di rumah sakit, kulihat Ibu dan nenek menangis di ruang tunggu.

”Ada apa Bu?”

”Nay...ayahmu kecelakaan sepulang dari restaurant dengan kliennya. Sekarang ia dioperasi” jawab ibu singkat

Aku terdiam, duduk dengan lemas. Tiga jam kutunggu ayahku dioperasi. Rasanya setahun Dokter tak muncul dari ruangan yang menakutkan itu

”Bagaimana Dok?” tanya ibu setelah dokter keluar.

Dokter menggelengkan kepalanya. Seperti sudah mengisyaratkan sesuatu, sudah ada arti darinya.

”Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Bu. Tapi Allah yang menentukan segalanya. Jantung beliau hancur ketika kecelakaan. Tabahkan hati Ibu dan keluarga yang ditinggalkan”.

Nenek dan ibu berpelukan. Aku tak mampu membendung air mata. Kebekuan terasa menemaniku. Aku tak bisa lepas dari kesedihan. Kedukaan seperti menjadi bagian dari hidupku. Kini aku telah kehilangan ayah dan ibu kandungku. Apa lagi yang kupunya kini?

”Ya Allah...kenapa kau ambil dia ketika aku sudah mempercayainya. Kau sudah mengambil ibuku. Aku sendiri lagi ya Tuhan......Kenapa kau renggut dia dari kehidupanku saat aku sudah berbahagia dengannya. Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Rasanya baru sebentar saja dia menjadi bagian dari hidupku. Kupasrahkan semua takdir kepada-MU ya Rabb...” rintihku pelan.

Di bukit ini kembali ku tatap langit, tetap tak ada bintang yang indah. Langit tetap suram tak merona sedikitpun. Bintang jatuh yang kutunggu tetap tak muncul. Serangga malam serasa bernyanyi di berbagai ujung, menyanyikan sebuah kidung kebekuan untukku. Malam semakin larut, semakin dingin. Aku masih sendiri.

Surakarta, 20 Mei 2008

METODE PEMBELAJARAN BAHASA

Oleh : Liana Yusoli Ibadiyah

METODE PEMBELAJARAN BAHASA

a. Metode Tatabahasa/Terjemahan

Metode ini sering juga disebut dengan metode tradisional karena sangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual. Ciri-ciri metode tatabahasa adalah a) penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tatabahasa agar dapat dipahami dan diterapkan pada morfologi dan kalimat yang digunakan siswa; b) penekanannya pada membaca, mengarang, dan terjemahan, sedangkan berbicara dan menyimak diabaika; c) seleksi kosakata berdasarkan teks bacaan yang dipakai; d) unit yang mendasar adalah kalimat, tatabahasa diajarkan secara deduktif; dan e) bahasa daerah digunakan sebagai pengantar dalam terjemahan, keterangan, perbandingan, dan penghafalan kaidah bahasa.

Ciri-ciri guru yang menyajikan metode tatabahasa sebagai berikut.

1) memulai pembelajaran dengan memberikan definisi jenis kata, imbuhan, atau kaidah-kaidah yang lainnya, contoh-contoh, dan perkecualian kaidah yang harus dihafalkan siswa;

2) melatih siswa dalam kalimat-kalimat kemudian paragraph. Materi yang digunakan dipilih dari buku sastra yang bahasanya memiliki ragam yang estetis;

3) memberikan daftar kosakata untuk dihafalkan dan diartikan oleh siswa;

4) memberikan pekerjaan rumah berupa persiapan terjemahan halaman buku sastra untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya.

PENDAPAT

Pendapat saya mengenai metode tata bahasa/ terjemahan yaitu bahwa metode seperti ini kurang tepat/ bagus bila diterapkan pada pembelajaran bahasa. Karena metode ini hanya menekankan pada keterampilan membaca, mengarang, dan terjemahan sedangkan keterampilan berbicara dan menyimak diabaikan. Selain itu, bahasa yang dijadikan sebagai pengantar dalam terjemahan, keterangan, perbandingan, dan penghafalan kaidah bahasa adalah bahasa daerah. Padahal tidak semua anak didik mampu memahami dan menggunakan bahasa daerah, sehingga metode ini kurang efektif.

b. Metode Membaca

Metode membaca merupakan metode yang menggabungkan metode tatabahasa dan langsung. Metode ini bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar mereka.

Berikut langkah-langkah metode membaca.

1) Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal itu diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat.

2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit. Untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya.

3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.

4) Pembicaraan tatabahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru.

5) Pembicaraan kosakata yang relevan.

6) Pembicaraan tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan bacaan.

PENDAPAT

Menurut saya, metode ini juga kurang efektif pada pembelajaran bahasa. Walaupun metode ini merupakan gabungan dari metode tata bahasa dan metode langsung, namun tetap saja metode ini kurang efektif karena hanya menekankan pada keterampilan membaca saja. Selain itu, metode ini masih terbilang tradisional karena siswa banyak diberi tugas dengan waktu yang singkat, sedangkan guru hanya menerangkan materi yang tidak dipahami siswa saja. Pembicaraan tentang tata bahasa juga hanya disampaikan ketika diperlukan. Oleh karena itu, metode membaca kurang tepat bila diterapkan pada pembelajaran bahasa dalam lingkup yang luas, tetapi metode ini mungkin efektif bagi pembelajaran bahasa yang menonjolkan keterampilan membaca secara khusus.

c. Metode Audiolingual

Dalam audidiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu bahasa yang diajarakan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan yang berulang-ulang sampai siswa tidak mengalami kesalahan.

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah:

1. Penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.

2. Peniruan dan penghafalan teks secara serentak kemudian siswa menghafalkan.

3. Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan

4. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan didepan kelas.

5. Pembentukan kalimat lain sesuai dengan yang dilatihkan.

PENDAPAT

Menurut saya metode Audiolingual kurang sesuai untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan penggunaan metode Audiolingual karena dalam mengajar Bahasa Indonesia jangan hanya dengan metode pengulangan karena siswa bisa merasa bosan dengan sesuatu yang diulang-ulang. Apabila seorang siswa sudah merasakan kebosanan biasanya pelajaran tidak bisa diterima dengan baik. Sebaiknya dalam mengajar Bahasa Indonesia kita menggunakan bermacam-macam metode agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan pelajaran bisa diterima dengan baik.

d. Metode Reseptif dan Produktif

Metode reseptif mengarah ke proses penerimaan isi bacaan baik yang tersurat, tersirat maupun yang tersirat. Pada dasarnya metode ini bertujuan agar siswa memahami isi teks bacaan dengan baik sehingga dalam menggunakan metode ini siswa memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam menerima makna bacaan dan ujaran. Oleh karena itu, dalam penggunaan metode ini sebaiknya kita memperhatikan berbagai aspek, diantaranya;

- kondisi siswa,

sebaiknya ketika menggunakan metode ini, siswa dalam keadaan baik karena apabila siswa sedang sakit atau jenuh maka pelajaran yang diterapkan dengan metode ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

- tempat pembelajaran,

Pada saat penggunaan metode ini, diharapkan suasana kelas tenang dan nyaman karena metode ini membutuhkan konsentrasi tinggi. Sehingga apabila suasana kelas gaduh, siswa akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.

- pemilihan bacaan.

Pemilihan bacaan hendaknya tidak terlalu rumit dan siswa mudah memahami. Karena apabila bacaan-bacaan yang disajikan terlalu sulit dan banyak kata-kata yang tidak dimengerti maka siswa cenderung tidak memahami keseluruhan teks.

Menurut strategi presentif, pembaca dilarang bersuara, berkomat-kamit, dan bergerak-gerak dalam membaca dan menyimak karena itu tidak efektif dan mengganggu orang yang ada disekitarna.

Sebaliknya, metode produktif menuntut siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Misalnya, apabila kita mempunyai suatu ide kita bisa menuangkannya dalam bentuk artikel, cerita, puisi ataupun segala bentuk tulisan hasil pemikiran kita. Selain dengan menulis, siswa juga bisa banyak berbicara untuk menuangkan segala gagasan yang ada dalam pikirannya.

PENDAPAT

Saya sangat setuju dengan penggunaan metode reseptif dan produktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena metode ini bertujuan untuk menelaah atau mengambil inti dari bacaan. Selain itu, metode ini juga menuntut siswa untuk aktif dalam mengikuti pelajaran karena siswa dituntut untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan maupun lisan. Tetapi seorang guru jangan setiap hari menggunakan metode yang sama karena apabila dilakukan setiap hari siswa akan merasa jenuh dan bosan

e. Metode Langsung

Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa dan secara intensif dalam komunikasi.

Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa indonesia di masyarakat, siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan serta mimik secara langsung.

Menurut para ahli ada beberapa nama metode pembelajaran yang termasuk kategori metode langsung, yaitu metode baru, metode perbaikan, metode alamiah, metode lisan.

Langkah-langkahnya :

  1. pembelajaran dimulai dengan dialog atau humor dalam bahasa indonesia dengan gaya bahasa santai dan non formal.
  2. materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan dan gambar.
  3. tanya jawab berdasarkan bahasa yang dipelajari dengan memberikan contoh yang merangsang siswa.
  4. tata bahasa diajarkan secara induktif.
  5. kata-kata digunakan dalam percakapan.
  6. siswa yang sudah maju diberi bacaan sastra untuk pemahaman tetapi bahasa dalam bacaan tidak dianalisis secara sistematis.
  7. budaya yang relevan diajarkan secara induktif.

Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat penting

  1. penyiapan tujuan dan persiapan siswa, geru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingya pelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
  2. pendemonstrasian pengetahuan atau keterampilan, guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
  3. pembimbing pelatihan, guru merencanakan dan memberikan bimbingan awal.
  4. pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik, guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik.
  5. pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, denga perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Dalam metode pembelajaran langsung, umumnya guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran, huru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa menjadi pendengar aktif dan baik. Keberhasilan metode langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi.

Pada hakikatnya, pengajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatab siswa dan menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

PENDAPAT

Pendapat saya tentang metode langsung adalah metode ini sudah tepat dalam pembelajaran bahasa indonesia.

Alasannya, karena pada metode ini, siswa dihadapkan langsung pada materi ajar. Pada metode ini, bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi.

f. Metode Komunikatif

Adalah suatu desain yang mencakup semua keterampilan barbahasa yang digunakan untuk pembelajaran. Lalu pembelajaran tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.

Contohnya ; menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tujuan inti dapat dipecah menjadi;

-mamahami pesan

-mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan

-mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi

-membuat catatan

-menyusun catatansecara logis

-menyampaikan pesan secara lisan

Ada beberapa desain jenis dalam pembelajaran yaitu

  1. struktural-fungsional, memisahkan antara bentuk dan fungsi komunikatif. Bentuk linguistik disajikan terlebih dahuku sebelum penyajian fungsa.
  2. fokus variabel, adalah desain pembelajaran yang memberikan penekanan aspek-aspek yang terlibat dalam pembelajaran. Dilakukan melalui penggeseran masing-masing aspek. Tiap aspek merupakan variabel, pada akhirnya dapat mengajak siswa untuk belajar secara serius. Pergeseran itu diantaranya dari penangaanan struktural butir-butir formal bahasa ke butir-butir wacana. Kemudian ke instrumental bahasa indonesia.
  3. struktur dan fungsi, mewakili progesi struktural dalam kerangka komunikatif. Perkembangan struktural menjadi dasar pengorganisasian fungsi komunikatif yang disajikan secara bersama-sama.
  4. fungsional, memusatkan pada perumusan tujuan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk fungsi komunikatif. Tujuan pembelajaran dalam fungsional menentukan pemilihan dan pegurutan materi gramatikal.
  5. nasional penuh, desain dispesifikkan ke dalam keterampilan bahasa indonesia secara khusus dan mendalam . beberapa aspek diintregasikan ke dalam aplikasi secara bersama-sama dengan harapan dicapai nosi yang tepat.
  6. komunikatif penuh, si pembelajar tidak seberapa diperhatikan . yang diperhatikan adalah pembelajarannya.

PENDAPAT

Pendapat tentang metode komunikatif, menurut saya sudah tepat dalam pembelajaran bahasa indonesia. Karena metode komunikatok ini memberikan beberapa jenis pembelajaran yang fungsinya untuk memperjelas.

g. Metode integratif

integrative berarti menyatukan beberapa aspek kedalam satu proses. Integratif terbagi menjadi inter bidangstudi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintergasikan dengan berbicara dan membaca. Sedangkan antar bidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Integratif khususnya inter bidang studi sangat diharapkan oleh Kurikuklum Bahasa Indonesia. Untuk pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi yang diajakan sebenarnya tidak perlu dipisah-pisahkan, karena materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik

PENDAPAT

Penggunaan metode integratif (interbidang studi) yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia diatas sangat efektif.

Metode integratif ( interbidang studi) jika diterapkan dengan metode tersebut siswa dapat dengan mudah menguasai beberapa materi dengan mudah dalam satu waktu pengajaran. Dan juga siswa itupun tidak mengalami kesulitan dalam perpindahan materi baru, hal tersebut tentumya ditunjang dengan kepandaian guru dalam menerapkan metode tersebut, sehingga tujuan pengajaran dengan baik.

h. Metode Tematik

Pada metode tematik semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan kedalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahani adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema harus disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.

Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Tema juga tidak disajikan secara abstak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses belajar dengan logika yang dipunyainya yang tentunya tidak terlepas dengan konsep-konsep dasar. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan dan pemahaman..

PENDAPAT

Metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode tersebut yaitu memudahkan siswa dalam memahami materi yang sebelumnya belum diajarkan ataupun dirasa cukup sulit bagi siswa.

Kelebihan metode tersebut yaitu memudahkan siswa dalam memahami materi yang sebelumnya belum diajarkan ataupun dirasa cukup sulit bagi siswa. .Misalkan guru ingin mengajarkan materi tentang sastra, berbicara, kalimat dan sebagainnya, guru menggunakan kata kunci yang tidak asing lagi bagi para siswa, misalkan menggunakan kosakata “manusia” dan sebagainya. Dengan hal tersebut dimungkinkan siswa akan lebih mudah dalam menguasai materi yang diajarksn oleh guru.

Kekurangan pada metode tersebut ialah metode tersebut sulit diterapkan kepada siswa yang masih mempunyai keterbatasan konsep ataupun tema, sehingga disini guru harus lebih dapat menyesuaikan kemampuan siswa.

i. Metode Kuantum

Metode kuantum merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanoz. Metode ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Metode ini mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Metode Kuantum adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar peristiwa belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekitar, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Guru mencoba memahami karakter siswa dengan mendekatkan diri terhadap siswanya. Metode ini dirancang dengan dengan sistem induktif, moving action, multipendekatan, partisipatori, dan pelibatan diri secara sadar dan tidak sadar.

PENDAPAT

Menurut pendapat saya, metode kuantum cocok digunakan dalam pengajaran bahasa. Metode ini melibatkan siswa secara langsung. Siswa mendapat kebebasan dalam melakukan pembelajaran. Siswa disediakan fasilitas yang cukup memadai sehingga pembelajaran berjaan baik. Namun metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena sekolah harus menyediakan fasilitas khusus untuk metode ini. Siswa akan lebih menyenangi materi yang diajarkan karena secara tidak sadar mereka akan memahami materi tersebut.

j. Metode Konstruktivistik

Asumsi dari metode konstruktivistik adalah bahwa belajar itu menemukan. Siswa melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi yang diberikan oleh guru agar dapat mesuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruktivistik dimulai dari permasalahan yang sering muncul dari siswa itu sendiri dan selanjutnyan membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.

Metode konstruktivistik merupakan metode yang didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Dalam konstruktivistik, siswa seharusnya diberikan tugas-tugas yang kompleks, sulit dan realistis. Kemudian mereka diberi bantuan secukupnya untuk menyelasaikan tugas. Metode ini lebih menekankan pada pengajaran top-down. yaitu siswa memecahkan masalah-masalah yang kompleks terlebih dahulu kemudian baru menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.

Pembelajaran yang bernaung dalam metode ini adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif dimulai dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa membentuk suatu kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan mereka akan saling membantu untuk memecahkan masalah tersebut. Kooperatif dilakukan dengan empat siswa yang berbeda-beda dari segi kemampuan atau ukuran kelompok. Siswa ditempatkan dalam kelompok kooperatif dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa hari. Mereka dilatih keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik, memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik.

Dalam kooperatif, terdapat beberapa metode sebagai berikut:

1) Student teams-Achievement Divisions (STAD), yang menggunakan satu langkah pengajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin dan suku. Siswa dikenai kuis berkaitan denan materi dan sesama anggota tom saat mengerjakan kuis tidak boleh saling membantu.

2) Team-Assisted Individualization (TAI) yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.

3) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah bagian metode kooperatif yang komprehensif dan lengkap untuk pembelajaran membaca dan menulis kelas tinggi.

4) Jigsaw; dalam jigsaw, siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan enam orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberap asubbab. Setiap anggota mempelajari bab yang ditentukan. Kemudian, para siswa kembali ke timnya dan bergantian menceritakan hasilnya.

5) Belajar Bersama (learning together). Metode ini melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen untuk menangani tugas tertentu. Kemudian, mereka melaporkan tugas itu.

6) Penelitian Kelompok (Group Investigation). Dalam metode ini, siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan inkuiri kooperatif (pembelajaran kooperatif yang bercirikan penemuan), diskusi kelompok, dan perencanaan serta proyek kooperatif.

PENDAPAT

Metode konstruktivistik ini lebih melatih kerja sama di antara siswa. Siswa harus lebih aktif dan kreatif karena dikenakan masalah-masalah yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Guru hanya membantu seperlunya. Metode ini kurang cocok untuk pembelajaran karena metode ini membutuhkan kerja sama yang baik, namun kadang anggota kelompok hanya mengandalkan anggotanya yang lebih pintar.

k. Metode Partisipatori

Metode partisipatori merupakan metode pemebelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa sebagai subjek belajar dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar dengan partisipasi aktif dan dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya sebagai fasilitator.

Partisipatori beranggapan bahwa :

1. Setiap siswa adalah unik, punya kelebihan dan kelemahan masing-masing.

2. Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.

3. Dunia anak adalah dunia bermain.

4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif.

Siswa dan guru harus aktif. Guru memfasilitasi belajar siswa dan memandu penuh motivasi, mampu menjadi mediator dan kreatif dengan konteks siswa sebagai tumpuan utama.

Menurut Freire, pemandu diharapkan memiliki watak :

1. Kepribadian yang menyenangkan

2. Kemampuan sosial

3. Mampu mendesain cara memfasilitasi

4. Mampu mengorganisasi proses

5. Cermat dalam melihat persoalan dan memberi jalan

6. Memilki ketertarikan pada subjek belajar

7. Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar

8. Pemahaman atas materi pokok

Ciri-ciri pokok metode partisipatori :

1. Belajar dari realitas/ pengalaman

2. Tidak menggurui

3. Dialogis

Panduan proses metode ini disusun dengan sistem daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan saat itu. Prosesnya :

Rangkai –Ulang Ungkapan Kaji-Urai Kesimpulan Tindakan

Metode berikutnya adalah siswa sebagai subjek, yang pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif. Tahapannya :

Persepsi Identifikasi diri Aplikasi diri Penguatan diri

Refleksi diri pengukuhan diri

Semua itu memperhatikan tujuan, bentuk pendidikannya, proses, materi, media/ sarana dan peran fasilitator pemandu.

PENDAPAT

Saya setuju jika metode ini diterapkan dalam pembelajaran. Metode partisipatori akan memberikan keberhasilan pembelajaran, baik pada proses maupun hasilnya. Karena siswa dituntut untuk aktif dan percaya diri mengembangkan keterampilannya dengan dipandu oleh guru, maka proses pembelajaran dipegang oleh siswa yang berujung pada hasil yang memuaskan.

Sistem daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan akan memberikan suatu keterampilan pada siswa tidak hanya berdasarkan teori belaka namun sudah ada pengalaman dan praktek nyata dengan hasil akhir berupa tindakan. Dengan watak yang dimiliki guru akan mampu membimbing siswa pada suatu keterampilan sesuai karakteristik siswa. Dan sifat guru yang tidak menggurui akan menimbulkan kenyamanan siswa sebagai subjek belajar dan merasa bebas mengembangkan keunikan pada diri masing-masing. Dan dialog antara guru dan murid akan membantu menyelesaikan persoalan-persoalan dalam belajar. Metode ini juga memperhatikan aspek-aspek pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan maksimal, sesuai materi, proses, media dan fasilitator yang memadai.

l. Metode Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pemelajaran yang menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata. Metode ini merupakan proses komplek dan banyak faset. Hal ini memungkinan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik dalam memecahkan masalah dunia nyata.

CTL menawarkan stategi pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan dan diharapkan mampu membantu siswa aktif dan kreatif. Strategi ini ada tujuh elemen penting :

1. Penemuan. Penemuan merupakan bagian inti kegiatan berbasis kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat fakta saja tatapi beraasal dari pengalaman. Siklus penemuan :

Observasi --- bertanya --- mengajukan dugaan --- pengumpulan data--- penyimpulan

2. Pertanyaan Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berawal dari sebuah pertanyaan. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa pertanyaan berguna untuk menggali dan mengecek informasi.

3. KonstruktivistikKonstruktivistik merupakan landasan bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika, sehingga konstruksi pengetahuan tidak hanya berdasarkan hafalan saja.

4. PemodelanPemodelan adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Dari model itu siswa dapat mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model. Model dapat dari mana saja dan dirancang dengan melibatkan siswa.

5. Masyarakat belajarMasyarakat belajar mnyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain dan bertukar pendapat dengan sesama dimanapun. Masyarakat belajar dapat terjadi jika terjadi komunikasi dua arah atau lebih. Upayakan semua anggota kelompok terbuka, bebas berbicara, dan saling aktif.

6. Penilaian autentikDalam perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas. Data diperoleh dari siswa haruslah dari situasi nyata. Penilaian autentik dapat diperoleh melalui projek, PR, kuis, karya siswa, presentasi, dll.

7. Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali, mengingat, mengkonstruksikan ulang atau membuat inti pengalaman. Refeksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran atau dalam kesempatan apapun. Relisasi refleksi berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang ia peroleh hari itu.

PENDAPAT

Saya setuju dengan metode kontekstual jika diterapkan dalam pembelajaran. Karena dengan metode ini, materi pembelajaran dihubungkan dan diterapkan dalam dunia nyata sehingga hasil dari metode ini adalah pemecahan masalah-masalah dunia nyata. Ini berarti bahwa kita sebagai anggota masyarakat, belajar di sekolah dan kembali lagi ke masyarakat untuk mengunakan keterampilan kita.

Strategi yang dikembangkan akan mampu mengarahkan siswa menjadi mandiri dalam pemecahan masalah dan menemukan solusi sesuai dengan kehidupan mereka masing-masing. Keaktifan siswa juga yang menentukan kreativitas dalam pembelajaran.

Adanya elemen/ unsur dalam metode ini akan membentuk siswa menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Karena dengan penemuan, siswa memperoleh secara langsung keterampilan-keterampilan itu melalui pengalaman. Dengan pertanyaan, siswa mampu memperoleh informasi. Dengan konstruktivistik siswa akan mampu memahami dan mengasah keterampilannya sesuai konteks, tidak hanya berdasarkan hafalan. Pemodelan akan memberikan gambaran secara konkret yang pada akhirnya siswa apat mengidentifikasi dan membuat sesuai model dan jika kreatif hasilnya akan lebih baik dari model itu. Melalui masyarakat belajar, siswa akan memperoleh banyak masukan untuk meningkatkan kemampuannya. Dengan penilaian autentik, siswa akan termotivasi meningkatkan aktivitas belajar di kelas sehingga akan menunjang hasil belajar. Dengan refleksi siswa akan mengingat selalu apa yang ia dapatkan dari belajar. Sehingga tidak hanya endapan hafalan, namun direalisasikan dengan pernyataan.