Sumber : http://koranbaru.com/format-baru-penulisan-mata-uang-rupiah-indonesia/
Sumber : http://koranbaru.com/format-baru-penulisan-mata-uang-rupiah-indonesia/
Khalil Gibran, salah satu pujangga terdepan dalam masalah mengolah kata menjadi mutiara. Pujangga idola yang selalu jadi idola (saya....hehe)
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Cinta tidak menyadari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang.
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta itu membangkitkan semangat,hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.
Aku mencintaimu wahai kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta.
Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan. Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku cintai…
Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta adalah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya.
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah senantiasa.
Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa memperolehinya kembali?
Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu.
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.
Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri, dengan diri orang lain dan kepada Tuhan. Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu? Bekerja dengan cinta bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak.
Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya.
Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.
Sumber : Buku-buku Kahlil Gibran
Apakah Anda termasuk kategori orang yang memiliki kemampuan membaca secara efisien? Atau seberapa efektifkah Anda membaca? Juga seberapa banyak waktu yang Anda perlukan untuk membaca?
Untuk mengetahui seberapa cepat, efektif dan efisien cara Anda membaca, Anda bisa melakukan pengujian terhadap kemampuan Anda tersebut. Caranya sangat sederhana seperti yang diuraikan dalam tulisan ini. Namun agar pengujian berjalan dan memberikan hasil yang efektif, ada baiknya Anda meminta bantuan seorang teman untuk menjadi pengawas pengujian kemampuan Anda membaca, meskipun tes ini bisa Anda lakukan sendiri.
Menguji kemampuan membaca ini, biasanya diberikan bagi mereka yang akan melakukan atau mempelajari teknik membaca cepat (speed reading). Ini dilakukan sebagai titik awal untuk melihat tingkat kemajuan yang diperoleh setelah melakukan atau mempraktekkan teknik membaca cepat. Dan pola yang sama, juga bisa Anda lakukan untuk melihat seberapa efektif Anda membaca. Pengujian ini menitik beratkan pada pengukuran kecepatan Anda membaca kata dalam setiap menit dan kemampuan Anda memahami artinya sekaligus.
Teknik pengujian ini sederhana sekali. Anda hanya perlu menyediakan pengukur waktu (stopwatch, jam tangan atau jam meja), buku yang belum pernah Anda baca sebelumnya sebagai materi yang akan digunkan untuk mengukur kemampuan Anda membaca dan menyerap informasi yang Anda baca dalam periode waktu tertentu. Umumnya setiap halaman buku yang berukuran setengah kuarto (105 x 148,5 mm) berisi sekitar 297 kata (setiap barisnya berisi sekitar 8 sampai 9 kata dan setiap halaman berisi sekitar 33 baris). Sementara periode waktu membaca yang diberikan untuk setiap pengujian, paling lama hanya 60 detik. Pada tahap pengujian berikutnya, periode waktu ini harus makin dikurangi.
Sebelum memulai pengujian, buatlah lebih dulu tabel terdiri dari empat kolom (waktu, jumlah kata, persentase pemahaman isi, keterangan yang menjelaskan kualitas membaca Anda) yang untuk ruang mencatat rekor Anda membaca sebagai berikut:
Pengujian 1
Tetapkan satu halaman buku yang akan digunakan untuk menguji kecepatan Anda membaca. Tekan tombol pengukur waktu, lalu mulailah Anda membaca dengan cara sebagaimana Anda biasa melakukannya. Lalu hentikan membaca bersamaan dengan habisnya waktu (60 detik). Tandai kata dimana Anda selesai membaca pada saat waktu habis.
Minta teman Anda yang mengawasi pengujian untuk menghitung jumlah kata yang telah Anda baca dalam waktu 60 detik. Lalu minta dia menguji kemampuan Anda menangkap isi tulisan yang Anda baca dengan cara membandingkan cerita Anda dan mencocokannya dengan isi tulisan, seberapa persenkah Anda mampu menyerap arti atau pesan yang disampaikan dalam tulisan yang Anda baca. Catat semua hasil itu pada tabel yang sudah disiapkan.
Pengujian 2
Bukan halaman lain dan ulangi proses pengujian pertama dengan cara membaca secepat mungkin yang Anda bisa lakukan dalam waktu 60 detik. Jika waktu habis, tandai dimana Anda berhenti membaca dan hitung kembali jumlah kata yang dapat Anda baca dengan kecepatan maksimal.
Seperti pada proses pengujian pertama, Anda harus menceritakan kembali isi tulisan yang Anda baca dan minta teman Anda mencocokkan dengan isi tulisan. Lihat dan bandingkan, adakah perbedaan signifikan antara kecepatan membaca Anda dengan kemampuan menangkap isi tulisan antara pengujian pertama dengan pengujian kedua.
Pada pengujian pertama, mungkin akan nilai pemahaman Anda terhadap isi tulisan yang Anda baca jauh lebih baik ketimbang pada pengujian kedua. Tapi jumlah kata yang bisa Anda baca di pengujian kedua, tentu akan lebih banyak ketimbang di pengujian pertama.
Sebagai pembanding Anda bisa melihat tabel dibawah ini yang menjelaskan perbandingan antara kecepatan membaca dan kemampuan menyerap isi bacaan berikut penilaian kemampuan membaca.
Jumlah kata /menit | Pemahaman isi | Profil Pembaca |
110 kata/menit | 50 persen | Kemampuan kurang |
240 kata/menit | 60 persen | Kemampuan rata-rata |
400 kata/menit | 80 persen | Kemampuan baik |
1000 kata/menit | 85 persen | Sempurna |
A. PENTINGNYA KEAHLIAN BERKOMUNIKASI
Selain sebagai individu, manusia adalah makhluk sosial. Hidup dan bekerja tidak bisa dilakukan sendirian. Semuanya dilakukan dalam konteks berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan efisien dan efektif, dibutuhkan komunikasi. Lebih dari itu, dibutuhkan komunikasi yang efisien dan efektif.
Telah kita ketahui bahwa elemen komunikasi, yaitu :
1. Sender atau pengirim pesan;
2. Receiver atau penerima pesan;
3. Message atau pesan dalam rangka interaksi dan kerjasama;
4. Media, wahana atau alat berkomunikasi;
5. Encode, fungsi yang dilakukan sender untuk mengolah pesan yang dikirim;
6. Decode, fungsi yang dilakukan receiver untuk mengolah pesan yang diterima;
7. Respon, reaksi dari receiver;
8. Feedback, umpan balik dari receiver;
9. Noise dan distorsi, halangan, bias dan gangguan komunikasi.
Komunikasi yang efisien dan efektif adalah komunikasi yang elemen 1 s.d. 8 di atas memenuhi kriteria efisien dan efektif, dengan noise dan distorsi serendah mungkin. Manusia, adalah sender atau receiver yang dilengkapi dengan semua atribut berupa elemen-elemen komunikasi di atas.
Manusia yang sukses berinteraksi dan bekerjasama adalah manusia yang sukses sebagai komunikator. Manusia yang sukses sebagai komunikator adalah manusia yang pola dan cara berkomunikasinya efisien dan efektif. Manusia yang efisien dan efektif dalam berkomunikasi, adalah manusia yang seluruh elemen komunikasinya berfungsi dengan efisien dan efektif.
A. PENTINGNYA KEAHLIAN BERBICARA
Alat komunikasi terbaik yang dimiliki manusia adalah berbicara. Sebab, berbicara memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas yang paling tinggi. Sebab, dengan berbicara seseorang dapat lebih cepat, lebih langsung, lebih berpengaruh, lebih meyakinkan dan lebih memotivasi dalam mengantarkan pesan. Berkomunikasi lisan, lebih memungkinkan dihasilkannya tindakan, oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Lebih praktis, lebih menyentuh dan lebih menggerakkan. Lebih memungkinkan tercapainya tujuan.
B. PENTINGNYA KEAHLIAN “PUBLIC SPEAKING “
Berbicara tidak dapat dilakukan hanya dengan membuka mulut dan bersuara. Bebicara memiliki pola dan cara yang berbeda-beda. Berbicara tidak dapat dilakukan hanya dengan asal bicara. Berbicara, harus jelas dan dapat dimengerti. Berbicara dalam bahasa Indonesia berbeda dari berbicara dalam bahasa lain. Berbicara untuk pergaulan berbeda dari berbicara untuk karir, profesi dan bisnis. Berbicara formal tidak sama dengan berbicara informal.
Sebagian besar proses dan jalan hidup setiap orang dewasa, menuntut kemampuan berbicara sebagai orang dewasa. Sebagian besar, juga menuntut kemampuan berbicara secara formal. Bukan bahasa sehari-hari, bukan bahasa pasaran, bukan bahasa pergaulan, melainkan bahasa karir, bahasa bisnis, bahasa profesi, bahasa resmi. Dalam prakteknya, tetap dibutuhkan unsur tambahan berupa bahasa sehari-hari, pasaran atau pergaulan. Akan tetapi, bahasa resmi tetap menuntut porsi terbesar dalam berkomunikasi. Bahasa yang mencerminkan keseriusan. Bahasa yang mencerminkan pentingnya pencapaian tujuan.
Bahasa itu, adalah bahasa public speaking. Bahasa untuk berbicara kepada orang banyak. Bahasa yang tidak diperoleh sejak lahir. Bahasa yang selama ini hanya diperoleh secara sambil lalu. Bahasa yang dikuasai oleh sebagian besar dari kita, dengan cara-cara yang tidak pernah disengaja, tidak pernah terstruktur atau tidak tersistem.
Itulah sebab utama, mengapa banyak sekali orang mengalami rasa gugup dan takut saat harus berbicara di depan orang banyak. Saat harus melakukan public speaking. Rasa gugup dan takut, yang muncul karena tidak terbiasa dan tidak pernah secara sengaja memahami dan mempelajari fenomena public speaking.
Padahal:
Hampir setiap orang akan tampil sebagai public speaker, di berbagai titik dalam hidupnya. Di dalam rumah tangga, di rapat RT, di dalam politik, di kantor sebagai pemimpin, di sekolah sebagai aktivis, di organisasi sebagai aktivis dan pengelola, sebagai pebisnis, sebagai penjual, sebagai profesional.
Perusahaan dan pemberi kerja, secara konsisten memberi peringkat tinggi pada keahlian public speaking, sebagai salah satu keahlian utama yang menjadi syarat mutlak keberhasilan profesi dan bisnis.
Hasil riset dari The National Association of Colleges and Employers (USA) – asosiasi dari dua dunia yang paling berpengaruh; dunia pendidikan dan dunia usaha, menunjukkan bahwa keahlian yang paling utama di pasar kerja, berdasarkan peringkatnya adalah:
1. Oral communication skills;
2. Interpersonal skills;
3. Analytical skills;
4. Teamwork skills;
5. Flexibility;
6. Computer skills;
7. Proficiency in field of study;
8. Written communication skills;
9. Leadership skills;
10. Work experience.
Perhatikan pula, bahwa semua skill di atas sangat ditentukan oleh keahlian berkomunikasi secara oral. Berkomunikasi dengan berbicara.
Sebuah studi (1980) mulai menunjukkan bahwa 62% pekerja melihat writing skill sebagai keahlian penting, dan 90% menyatakan bahwa berkomunikasi dengan berbicara adalah juga penting. Menurut Anda – 26 tahun kemudian, bagaimana persentasenya?
Riset menunjukkan bahwa para eksekutif, meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak, setidaknya 45 menit setiap hari. 45 menit yang menentukan keberhasilan dan kesuksesan. 45 menit yang membutuhkan sebuah keahlian.
Menjadi public speaker yang efisien dan efektif, akan memberi Anda bekal dan alat untuk membuat perbedaan besar dalam bisnis dan masyarakat. Bahkan, untuk membuat perbedaan dan mengubah dunia.
Keahlian public speaking dapat dipelajari. Kini saatnya Anda meningkatkan kemampuan berbahasa dalam cara yang paling baik, dan menguntungkan untuk semua situasi. Situasi pribadi, situasi sosial dan situasi komersial. Saatnya bagi Anda untuk meningkatkan kualitas diri, yang secara langsung akan meningkatkan kualitas pribadi, karir, profesi dan bisnis Anda.
Ini saatnya bagi Anda untuk mengubah diri menjadi komunikator yang efisien dan efektif. Menjadi komunikator yang jelas, tegas, berpengaruh, meyakinkan, memotivasi, dan membuat orang lain melakukan tindakan sesuai keinginan Anda. Dan itu semua, dimulai dengan kepercayaan diri dalam berkomunikasi secara publik.
Bukankah itu yang menjadi cita-cita Anda? Ya! Dan itulah juga yang menjadi cita-cita setiap orang dewasa.
C. MANFAAT DAN KEUNTUNGAN BERBICARA DALAM KOMUNIKASI EFEKTIF
Jika Anda lebih percaya diri dalam berkomunikasi secara lisan, maka Anda akan lebih percaya diri dalam segala aspek kehidupan Anda. Anda akan lebih percaya diri dalam bekerja, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam memimpin, menjual dan berpresentasi, dalam mengambil keputusan, dalam menentukan pilihan, dalam mengeksplorasi peluang, dalam memanfaatkan kesempatan, dalam mengatasi masalah dan hambatan.
Apa artinya semua itu? Artinya, Anda akan lebih percaya diri dalam menggapai cita-cita, dalam meraih impian, dalam memenuhi target dan mencapai sasaran, dalam apapun yang Anda inginkan, dalam apapun yang Anda kerjakan. Anda akan lebih percaya diri dalam mencapai kesuksesan!
a. Tulisan Argumentasi
Gorys Keraf (1985:3) menyebutkan bahwa melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Ditambahkan oleh Atar Semi (1990:47) bahwa argumentasi pada akhirnya mempunyai tujuan untuk meyakinkan dan membujuk pembaca tentang pendapat yang diungkapkan oleh penulis.
Di sisi lain, Jos Daniel Parera (1993:6) menyebutkan bahwa argumentasi termasuk dalam bentuk karangan eksposisi yang khusus. Melalui karangan argumentasi pengarang berusaha untuk menyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang diungkapkan. Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan disertai dengan fakta-fakta. Biasanya pengarang menggunakan argumentasinya dengan metode deduktif dan induktif. Pengarang dapat mengajukan argumentasinya berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat ke sebab, sebab ke akibat, dan pola deduktif. Jika pengarang sudah dapat mempergunakan lima pola tersebut maka ia akan merasakan efektivitas menulis argumentasi.
Menurut Ezra M. Choesin (2004:49) argumentasi merupakan inti dari bagian terbanyak penulian ilmiah yang telah ada. Dalam sebuah tulisan ilmiah penulis berusaha menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala, konsep atau teori tentunya dengan tujuan bahwa ia dapat meyakinkan pembacanya akan kebenaran pendapatnya. Oleh karena itu seorang penulis harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan sebuah argumen. Ia perlu tahu jenis-jenis pernyataan yang diajukan dan cara merangkaikan semua dengan benar. Sebuah argumen dapat disampaikan dalam beberapa kalimat, beberapa alinea atau sepanjang satu buku.
Di samping itu, Lakhsmi (2008:1) mengemukakan pendapatnya bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang ditulis untuk bertujuan meyakinkan pembaca untuk menyetujui fakta, norma, alasan, dalih, dan kesimpulan dari suatu pandangan. Tulisan argumentasi yang bagus akan menyatakan posisinya dengan jelas, diikuti oleh argumen-argumennya yang jernih dan runtut, serta ditutup dengan deduksi yang tidak melenceng dari topik debat. Tulisan argumentasi tidak seharusnya dianggap sebagai tulisan yang melecehkan atau menghakimi suatu pandangan, melainkan seharusnya dianggap sebagai tulisan yang memperjelas dan mendukung kekayaan spektrum cara berpikir.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dadot (2009:1) bahwa Paragraf argumentatif menjelaskan suatu peristiwa dengan berbagai alasan dan fakta yang kuat. Perlu diketahui bahwa dalam menulis paragraf argumentatif Anda perlu mengetahui hal-hal berikut ini. Pertama, paragraf argumentatif menjelaskan dengan fakta dan data yang mendukung. Kedua, menentukan topik yang akan ditulis. Ketiga, penulis paragraf argumentatif yang menggambarkan keadaan alam. Keempat, menyunting tulisan. Apabila keempat langkah tadi dilakukan tentunya akan menghasilkan paragraf argumentatif yang menarik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Bentuk wacana lain yang dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian tetapi pembuktian dalam keempat wacana lain (eksposisi, persuasi, deskripsi dan narasi) sangat berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi. Dapat diuraikan secara singkat, bahwa tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, pandangan dan perasaan seseorang dengan memberikan pembuktian.
Banyak tulisan argumentasi yang memiliki kelemahan karena mengandung kesalahan yang bersifat informal. Ini adalah kesalahan yang tidak terkait pada struktur logis sebuah argumen yang dapat jelas terlihat salah atau benar tetapi pada hal-hal yang hanya dapat dikira-kira. Apabila kita berbicara tentang kesalahan informal, seringkali kita temukan bahwa penilaian orang dapat berbeda-beda. Serangkaian kalimat yang dianggap tidak tepat oleh satu orang mungkin saja dianggap benar oleh orang lain (Ezra M. Choesin, 2004: 58).
Paragraf argumentatif dapat dikembangkan dengan pola penalaran sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Dalam penggunaannya, penalaran sebab akibat dapat disajikan menjadi akibat sebab. Artinya, menyampaikan terlebih dahulu akibatnya, kemudian dicari sebab-sebabnya. Agar lebih mudah, Anda dapat menulis paragraf argumentatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Kumpulkan data dan fakta.
2. Tentukan sikap atau posisi Anda.
3. Nyatakanlah pada bagian awal atau pengantar tentang sikap Anda..
4. Kembangkan penalaran Anda dengan urutan dan kaitan yang jelas.
5. Uji argumen Anda dengan jalan mencoba mengandaikan diri Anda berada pada posisi kontras.
6. Hindarilah menggunakan istilah yang terlalu umum atau istilah yang dapat menimbulkan prasangka atau melemahkan argumentasi Anda.
7. Penulis harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan (Atar Semi, 1990:7).
Lebih lengkap diungkapkan oleh Lakhsmi (2008:2) tentang cara dan teknik menulis argumentasi. Pertama, tentu saja penulis harus dapat menentukan topik apa yang hendak diargumentasikan. Katakan dengan jelas apakah penulis menyetujuinya atau tidak menyetujuinya. Kedua, kumpulkan data, opini, ide, kilah, fakta, maupun tangkisan tentang pendapat tersebut. Letakkan yang paling penting atau paling istimewa di alinea paling atas, lalu buatlah koneksi antara satu pernyataan dengan pernyataan berikutnya. Pikirkan juga opini yang berseberangan dari pendapat penulis, lalu yakinkan bahwa opini tersebut tidak benar, tidak baik, bahkan tidak penting.
Terakhir, tutup dengan kesimpulan yang mengingatkan pembaca lagi tentang poin-poin penting yang penulis berhasil gabungkan, dan jangan lupa letakan kata-kata yang sangat kuat yang mengguncangkan pembaca untuk dapat mengingatnya.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah pertama, pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubung-hubungkan fakta dan informasi-informasi tersebut. Dengan mengetahui serba sedikit mengenai objek yang akan dikemukakannya, serta mengetahui prinsip ilmiah yang mencakup subjek tadi, maka penulis atau pembicara dapat memperdalam masalah tersebut dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk memperkuat data dan informasi yang telah diperoleh.
Kedua, pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Ketiga, pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat. Keempat, pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu. Kelima, dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud penulis yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi hendaknya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Topik yang akan digunakan dalam menulis argumentasi haruslah mengandung kebenaran. Oleh karena itu, argumen penulis harus didasarkan fakta sehingga kesimpulan pengarang dapat diterima oleh pembaca.
(2) Hindari istilah yang dapat menimbulkan prasangka, misalnya merumuskan proposisi dalam bentuk pertanyaan. Hal tersebut dapat meragukan argumen penulis.
(3) Pergunakan istilah-istilah yang tepat agar tidak terjadi perbedaan pendapat. Yaitu dengan membatasi pengertian istilah yang dipergunakan itu agar tidak terjadi perbedaan pengertian.
(4) Langkah terpenting yaitu menetapkan titik ketidaksepakatan dari argumen (Gorys Keraf, 1985:103-104).
b. Komposisi Tulisan Argumentasi
Gorys Keraf (1985:104-107) mengemukakan bahwa sebelum pengarang mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan suatu latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seseorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap objek atau persoalan. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah menjadi tulisan argumentasi dengan komposisi sebagai berikut.
(1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian penting dalam sebuah tulisan. Penulis argumentasi harus berusaha menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Hal itu dikemukakan di bagian pendahuluan.
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi berikut. Pertama, penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.
Kedua, penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekedar menimbulkan keingintahuan, bukan menguraikan persoalannya.
Ketiga, dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi. Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatu sistem yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar.
(2) Tubuh Argumen
Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang disimpulkannya juga benar.
Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi para pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran tertentu : kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalam proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis dan sebagainya dengan benar. Sebab itu, kebenaran harus dianalisa, disusun dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusunan fakta, evidensi dan jalan pikiran yang logis.
(3) Kesimpulan dan Ringkasan
Bagian kesimpulan berisi tentang konklusi yang tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dibaca. Pengarang tidak perlu mengemukakan topik mana yang dibahas dalam argumentasi.
Daftar Pusataka
Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang : Angkasa Raya.
Dadot. 2009. ”Menyusun Paragraf Argumentatif”. Dalam http://24bit.wordpress. com/2009/09/09/menyusun-paragraf-argumentatif/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.
Ezra M. Choesin. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial : Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya - Menyusun Struktur Argumen. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Gorys Keraf. 1985. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta : PT Gramedia.
Jos Daniel Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta : Erlangga.
Lakhsmi. 2008. ”Bengkel Menulis : Mengoposisi Serangan Argumentasi”. Dalam http://sepocikopi.com/2008/10/24/bengkel-menulis-mengoposisi-dalam-serangan-argumentasi/. Diakses tanggal 11 Oktober 2009.
KIDUNG KEBEKUAN
( Kisah Nyata dari Seorang Sahabat )
OLEH : LIANA YUSOLI IBADIYAH
Malam ini bintang tiada yang indah, kebanyakan redup tak bercahaya. Bulan hanya terlihat separuh saja, tak menarik hatiku. Terlihat kedip-kedip lampu dari langit di ujung Utara, mungkin pesawat dari negara besar, aku tak peduli. Langit agak pucat rupanya. Lama aku mengamati langit, mengharap sesuatu muncul di sana. Aku tak yakin yang kutunggu akan datang. Namun aku akan tetap sabar menunggu. Tetap menunggu bintang jatuh dan mengucap suatu permohonan agar nasibku berubah. Sekian waktu kutunggu yang ada tetap kebekuan, keheningan, aku kedinginan oleh angin malam yang semilir lembut.
Sampai akhirnya aku kecewa, kuputuskan untuk kembali ke rumah kecilku. Sebuah tempat tinggal yang sederhana di kota Purwodadi.
”Besok aku akan kembali ke bukit ini”, pikirku.
Saat kubuka pintu dan memasuki ruang tamu, kulihat ibu tertidur di sofa. Aku tak berani membangunkannya, ia terlihat letih setelah seharian bekerja. Hingga kubiarkan saja ibuku tertidur di situ. Rona mukanya tampak kusut tak seperti biasanya.
Aku mulai beranjak, kumasuki kamarku yang remang, sengaja tak kunyalakan lampu. Kuhempaskan tubuhku ke tempat tidur begitu saja. Masih terbayang bisik-bisik yang kudengar dari orang-orang tadi siang.
”Hah...percuma ya ditutup jilbab kayak gitu. Tidak bisa menutupi kejelekannya. Sama saja dengan ibunya. Dasar pembuat aib keluarga, anak tidak jelas asalnya”.
Pedih hatiku mendengar cehan orang-orang itu. Mereka meragukan niatku memakai jilbab. Kenapa mereka selalu memandang sinis ke arahku. Ingin rasanya kumaki mereka. Tapi aku tak bisa, karena mereka benar. Aku anak tak jelas asalnya, tak punya ayah yang sah. Tapi aku tak bisa menyalahkan ibu. Dan aku teringat kata-kata seseorang yang tak kukenal, aku sengaja mengupingnya.
”Tetap saja Yuni yang salah. Laki-laki tak bisa disalahkan. Pasti Yuni sudah menggodanya. Kalau ia tidak genit begitu, tidak mungkin laki-laki itu tergoda, dia kan tidak cantik dan tidak seksi sama sekali”.
Tiba-tiba aku menangis mendengar celotehan yang menjelek-jelekkan ibuku seperti itu. Aku kecewa mereka tak menyebutkan ”laki-laki” itu siapa. Dalam hatiku aku ingin tahu ”laki-laki” itu, dialah ayahku, laki-laki yang telah menelantarkan kami.
Aku tetap tak bisa terlelap. Berkali-kali aku mencoba memejamkan mataku, sia-sia saja. Akankah kutanyakan lagi pada ibu? Siapa ayahku yang sesungguhnya? Tak tega rasanya menyakiti hati ibu. Ia selalu menjawab pertanyaanku dengan tangisan.
”Maafkan ibu Nak...semua sudah takdir. Jangan kau tanyakan lagi. Ibu mohon kepadamu”.
Itulah jawaban ibu yang disertai tangisan yang meledak. Setelah itu biasanya ibu tak mau makan berhari-hari. Sampai aku memohon agar ibu mau makan.
Tapi malam ini pertanyaan itu semakin membuncah di dadaku. Benarkah ibuku yang salah? Lalu apa salahnya? Walaupun kebekuan yang tetap menemaniku, walau aku sendiri, air mata ini sudah tak bisa mengalir lagi, sudah terlalu kering dan habis.
”Uhuk-uhuk...”
Lamunanku tersadar ketika kudengar ibu terbatuk. Perlahan aku mendekatinya.
”Ibu tidak apa-apa?” tanyaku cemas meihat iu mutah darah.
”Kamu sudah pulang Nay...” ia balik bertanya mencoba menutupi penyakitnya.
”Ibu tidak apa-apa Nay. Kembalilah tidur, hari sudah larut malam”, jawabnya parau. Aku tak menjawab sepatah katapun.
Dan aku kebigungan setengah mati, ibuku pingsan. Spontan ku telepon taksi, kubawa ibu kerumah sakit.
”Ibu sebenarnya sakit apa?” itulah yang menggelayut dipikiranku.
”Ibu sakit apa Dok?”, tanyaku cemas.
”Adik ini.....?”
”Saya Naysa Dok, putrinya”.
”Ibu Anda terkena kanker ganas. Sudah terlalu kritis. Sudah tak ada harapan untuk sembuh. Ia harus opname di sini”. Dokter menjelaskan dengan suara pelan, namun terasa menggelegar di telingaku.
Pelan-pelan kudekati ibuku. Kulihat air mata bening mengalir di pipinya. Aku mengusapkan tanganku ke pipi ibu, orang yang sangat kucintai. Tak ada kata-kata terucap dari mulut kami. Perlahan pintu terbuka, kulihat empat orang memasuki ruangan. Ternyata adalah Nenek, Paman, Bibi dan Afza sepupuku.
”Bagaimana keadanmu Yun?” tanya nenek dengan cemas.
”Aku baik-baik saja Bu”, jawab ibu menyembunyikan sesuatu.
Tiba-tiba paman angkat suara. Langsung ke pokok permasalahan, tanpa basa-basi, tanpa ragu lagi.
” Yun maafkan aku, kau seperti ini pasti gara-gara aku. Sekarang aku akan menceritakan semuanya pada kalian yang ada di sini”.
”Tidak...jangan...” teriak ibu histeris.
”Harus kujelaskan semua kepada mereka Yun....kau telah menderita selama ini, semua gara-gara aku. Aku yang salah, akulah yang seharusnya menderita. Bukan kau”, sahut paman dengan tegas.
Semua terdiam, seperti menunggu sebuah kejutan besar.
”Naysa........” paman menyebut namaku. Aku menoleh ke arahnya, lalu ke arah ibu. Ia tak melanjutkan kata-katanya. Kulihat ibu semakin menangis.
”Kamu adalah anakku” ia meneruskan bicaranya dengan suara pelan.
Bibi tercengang, menangis dan keluar ruangan. Ia merasa shock suaminya selingkuh dengan saudaranya sendiri. Nenek dan Afza juga menangis. Tapi paman tak mengeluarkan setetes air matapun. Ia seperti sudah siap dengan segala resikonya.
Paman mengikuti istrinya keluar ruangan. Kubuntuti keduanya tanpa sepengetahuan mereka. Sengaja aku menguping pembicaraan mereka.
”Ma....semuanya tidak seperti yang engkau pikirkan. Semuanya begitu cepat terjadi”, paman mencoba menjelaskan pada bibi. Bibi tak bergeming, ia tetap menangis, meronta. Lalu paman melanjutkan bicaranya lagi.
”Saat mama bekerja di Brunai, Yuni selalu mengantarkan makanan ke rumah”.
”Aku yang memintanya”, kata bibi memotong pembicaraan. Aku masih menguping.
”Dengar dulu penjelasanku Ma. Awalnya memang tak terjadi apa-apa. Suatu hari ia tidur di kamar Afza, pintunya tak terbuka. Kulihat Afza sedang tak dirumah. Aku tergoda dan.......”.
”Sudahlah Pa...biarkan mama sendiri”.
Paman menghampiriku dan mengusap rambutku.
”Maafkan aku Nay...semua salahku. Kini kau boleh memanggil aku ”Ayah”. Bukan salah ibumu saat itu. Aku yang memaksanya. Maafkan aku telah menelantarkan kalian”.
”Tidak...kau hanya laki-laki tak punya hati. Hanya memikirkan diri sendiri. Perampas kebebasan ibuku. Kau bukan ayahku”, kataku sambil lari kearah ibu dan mencoba memeluknya.
Paman menangis di luar ruangan.
Tiba-tiba ibu kejang. Kuminta Afza memanggil dokter. Tak lama ibu terdiam....wajahnya pucat tetapi sedikit menyungingkan senyuman.
”Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” kata dokter perlahan.
Mendengar hal itu, aku merasa dunia akan runtuh. Semua tinggal kebekuan di hatiku, hanya luka di hatiku.
” Ibu...jangan tinggalkan Naysa Bu. Naysa sendiri tanpa ibu....”
Nenek merengkuhku, mencoba menenangkanku. Bibi kembali masuk ruangan dan menangis. Tapi paman tak berani masuk ruangan, ia terisak di luar sana dan aku tak peduli.
Perlahan sekujur tubuh ibu tertutup tanah, aku tak dapat melihatnya lagi, untuk selamanya. Teriring do’a dalam hatiku, kupanjatkan dengan sepenuh hatiku.
”Nay...mulai sekarang kamu tinggallah bersama kami. Kamu, ayah, bibi sekaligus ibu barumu, nenek dan Afza telah mau menerima semua kenyataan ini. Semuanya sudah memaafkanku dan ibumu. Kamu tidak seharusnya menderita Nay...ikutah bersama kami” kata paman padaku setelah semuanya kembali tenang.
Aku hanya mengangguk. Dalam keluarga baru ini aku mulai membangun kepercayaan diriku yang sempat hilang. Aku mencoba menyayangi ayah dan ibuku yang sekarang. Aku ingin memulai hidup bahagia tanpa dicaci maki orang.
Sebulan telah berlalu, semuanya baik-baik saja, saat aku besekolah tiba-tiba handphoneku berdering.
“Assalamu’alaikum. Halo…Ibu ada apa?” tanyaku kaget.
”Nay....cepat kamu kesini Nay...Rumah Sakit Mandiri Sehat”, jawab ibu singkat.
”Ada apa Bu?”.
”Tut...Tut...Tut”
Telpon dimatikan. Dalam hatiku bertanya-tanya ada apa sebenarnya? Siapa yang sakit? Sesampainya di rumah sakit, kulihat Ibu dan nenek menangis di ruang tunggu.
”Ada apa Bu?”
”Nay...ayahmu kecelakaan sepulang dari restaurant dengan kliennya. Sekarang ia dioperasi” jawab ibu singkat
Aku terdiam, duduk dengan lemas. Tiga jam kutunggu ayahku dioperasi. Rasanya setahun Dokter tak muncul dari ruangan yang menakutkan itu
”Bagaimana Dok?” tanya ibu setelah dokter keluar.
Dokter menggelengkan kepalanya. Seperti sudah mengisyaratkan sesuatu, sudah ada arti darinya.
”Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Bu. Tapi Allah yang menentukan segalanya. Jantung beliau hancur ketika kecelakaan. Tabahkan hati Ibu dan keluarga yang ditinggalkan”.
Nenek dan ibu berpelukan. Aku tak mampu membendung air mata. Kebekuan terasa menemaniku. Aku tak bisa lepas dari kesedihan. Kedukaan seperti menjadi bagian dari hidupku. Kini aku telah kehilangan ayah dan ibu kandungku. Apa lagi yang kupunya kini?
”Ya Allah...kenapa kau ambil dia ketika aku sudah mempercayainya. Kau sudah mengambil ibuku. Aku sendiri lagi ya Tuhan......Kenapa kau renggut dia dari kehidupanku saat aku sudah berbahagia dengannya. Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Rasanya baru sebentar saja dia menjadi bagian dari hidupku. Kupasrahkan semua takdir kepada-MU ya Rabb...” rintihku pelan.
Di bukit ini kembali ku tatap langit, tetap tak ada bintang yang indah. Langit tetap suram tak merona sedikitpun. Bintang jatuh yang kutunggu tetap tak muncul. Serangga malam serasa bernyanyi di berbagai ujung, menyanyikan sebuah kidung kebekuan untukku. Malam semakin larut, semakin dingin. Aku masih sendiri.
Surakarta, 20 Mei 2008